Tuesday, July 8, 2008

Pengukuran dan Pemetaan

1.1 Pendahuluan

Kita umumnya mengenal peta sebagai gambar rupa muka bumi pada suatu lembar kertas dengan ukuran yang lebih kecil. Rupa bumi yang digambarkan pada peta meliputi: unsur-unsur alamiah dan unsur-unsur buatan manusia. Kemajuan dalam bidang teknologi yang berbasiskan komputer telah memperluas wahana dan wawasan mengenai peta. Peta tidak hanya dikenali sebagai gambar pada lembar kertas, tetapi juga penyimpanan, pengelolaan, pengolahan, analisa dan penyajiannya dalam bentuk dijital terpadu antara gambar, citra dan teks. Peta yang terkelola dalam mode dijital mempunyai keuntungan penyajian dan penggunaan secara konvensional peta garis cetakan (hard copy) dan keluwesan, kemudahan penyimpanan, pengelolaan, pengolahan, analisa dan penyajiannya secara interaktif bahkan real time pada media komputer (soft copy).

Rupa bumi diperoleh dengan melakukan pengukuran-pengukuran pada dan di antara titik-titik di permukaan bumi yang meliputi besaran-besaran: arah, sudut, jarak dan ketinggian. Bila data besaran-besaran itu diperoleh: (1) dari pengukuran-pengukuran langsung di lapangan maka dikatakan pemetaan (dilakukan) dengan cara teristris dan (2) sebagian dari pengukuran tidak langsung seperti cara fotogrametris dan penginderaan jauh dikatakan sebagai pemetaan cara ekstrateristris. Data hasil pengukuran diolah, dihitung dan direduksi ke bidang datum sebelum diproyeksikan ke dalam bentuk bidang datar menjadi peta.

Prinsip kerja pengukuran untuk pembuatan peta adalah top down from the whole to the part, yaitu pertama membuat kerangka dasar peta yang mencakup seluruh daerah pemetaan dengan ketelitian pengukuran paling tinggi dibandingkan dengan pengukuran lainnya, kemudian dilanjutkan dengan pengukuran-pengukuran lainnya yang diikatkan ke kerangka dasar peta untuk mendapatkan bentuk rupa bumi yang diinginkan. Berdasarkan konsep ini maka titik-titik pengukuran dikelompokkan menjadi titik-titik kerangka dasar dan titik-titik detil. Titik kerangka dasar digunakan untuk rujukan pengikatan (reference) dan pemeriksaan (control) pengukuran titik detil.

Pemetaan pada daerah yang tidak luas - sekitar (20' x 20') atau setara dengan (37 km x 37 km), permukaan bumi yang lengkung bisa dianggap datar, sehingga data ukuran di muka bumi sama dengan data di permukaan peta. Tetapi bila pemetaan mencakup kawasan yang lebih luas, maka harus diperhitungkan faktor kelengkungan bumi, data harus "dipindahkan" ke bidang datum dan selanjutnya "dipindahkan" ke bidang proyeksi peta.

Dalam daur pekerjaan teknik sipil, peta dan pengukuran digunakan mulai dari rencana dan tahap pemeriksaan pendahuluan hingga pelaksanaan pekerjaan selesai. Berbagai pengukuran dan pemetaan dengan berbagai ketelitian - bersama-sama dengan data pendukung lainnya, dilakukan untuk mendukung pemodelan, pelaksanaan dan pengambilan keputusan dalam proses pekerjaan teknik sipil.

1.2 Jenis Peta

Peta bisa dijeniskan berdasarkan isi, skala, penurunan serta penggunaannya.

  • Peta berdasarkan isinya:

Peta hidrografi: memuat informasi tentang kedalaman dan keadaan dasar laut serta informasi lainnya yang diperlukan untuk navigasi pelayaran.

Peta geologi: memuat informasi tentang keadaan geologis suatu daerah, bahan-bahan pembentuk tanah dll. Peta geologi umumnya juga menyajikan unsur peta topografi.

Peta kadaster: memuat informasi tentang kepemilikan tanah beserta batas dll-nya.

Peta irigasi: memuat informasi tentang jaringan irigasi pada suatu wilayah.

Peta jalan: memuat informasi tentang jejaring jalan pada suatu wilayah

Peta Kota: memuat informasi tentang jejaring transportasi, drainase, sarana kota dll-nya.

Peta Relief: memuat informasi tentang bentuk permukaan tanah dan kondisinya.

Peta Teknis: memuat informasi umum tentang tentang keadaan permukaan bumi yang mencakup kawasan tidak luas. Peta ini dibuat untuk pekerjaan perencanaan teknis skala
1 : 10 000 atau lebih besar.

Peta Topografi: memuat informasi umum tentang keadaan permukaan bumi beserta informasi ketinggiannya menggunkan garis kontur. Peta topografi juga disebut sebagai peta dasar.

Peta Geografi: memuat informasi tentang ikhtisar peta, dibuat berwarna dengan skala lebih kecil dari 1 : 100 000.

  • Peta berdasarkan skalanya:

Peta skala besar: skala peta 1 : 10 000 atau lebih besar.

Peta skala sedang: skala peta 1 : 10 000 - 1 : 100 000.

Peta skala kecil: skala peta lebih kecil dari 1 : 100 000.

Peta tanpa skala kurang atau bahkan tidak berguna. Skala peta menunjukkan ketelitian dan kelengkapan informasi yang tersaji dalam peta. Peta skala besar lebih teliti dan lebih lengkap dibandingkan peta skala kecil. Skala peta bisa dinyatakan dengan: persamaan (engineer's scale), perbandingan atau skala numeris (numerical or fractional scale) atau skala fraksi dan grafis (graphical scale).

  • Peta berdasarkan penurunan dan penggunaan:

Peta dasar: digunakan untuk membuat peta turunan dan perencanaan umum maupun pengembangan suatu wilayah. Peta dasar umunya menggunakan peta topografi.

Peta tematik: dibuat atau diturunkan berdasarkan peta dasar dan memuat tema-tema tertentu.

1.3 Susunan Peta

Peta merupakan media untuk menyimpan dan menyajikan informasi tentang rupa bumi dengan penyajian pada skala tertentu. Bila kawasan yang dipetakan tidak luas, maka kemungkinan peta daerah itu bisa disajikan dalam satu lembar peta saja pada skala tertentu, Tetapi bila kawasan pemetaan luas atau skala penyajian besar, maka diperlukan beberapa lembar peta untuk meyajikannya. Pembagian lembar peta bisa dibuat berdasarkan cakupan kawasan administratif, batas cakupan geografis atau efisiensi penyajian jumlah lembar. Untuk memudahkan pengelolaan dan pencarian, dibuat indeks peta dalam bentuk teks atau grafis.

Lembar peta berdasarkan batas geografis pada berbagai skala - pada peta topografi misalnya, disusun dengan pembagian 4 turun berulang. Misal pada skala 1 : 100 000 tersajikan dalam satu lembar, maka pada skala 1 : 50 000 akan tersajikan dalam 4 lembar peta yang masing-masing menempati lembar-lembar kanan atas, kanan bawah, kiri bawah dan kiri atas. Pembagian lembar seperti ini juga dikaitkan dengan sistem proyeksi peta yang digunakan untuk menggambarkan peta. Lembar peta geologi lebih mengutamakan pembagian lembar peta berdasarkan kawasan atau tema tertentu. Pada Gambar 1.1 berikut ditunjukkan contoh indeks lembar peta geologi skala 1 : 100 000 daerah pulau Jawa.

Gambar unsur rupa bumi pada skala tertentu tidak selalu dapat disajikan sesuai ukurannya karena terlalu kecil untuk digambarkan. Bila unsur itu dianggap penting untuk disajikan, maka penyajiannya menggunakan simbol gambar tertentu.

Supaya peta mudah dibaca dan dipahami, maka aneka ragam informasi peta pada skala tertentu harus disajikan dengan cara-cara tertentu, yaitu:

  • Simbol: digunakan untuk membedakan berbagai obyek, misalnya jalan, sungai, rel dan lain-lainnya.
    Daftar kumpulan simbol pada suatu peta disebut legenda peta.
  • Warna: digunakan untuk membedakan atau memerincikan lebih jauh dari simbol suatu obyek, misalnya laut yang lebih dalam diberi warna lebih gelap, berbagai kelas jalan diberi warna yang berbeda-beda dll.

Kumpulan simbol dan notasi pada suatu peta biasa disusun dalam satu kelompok legenda peta yang selalu disajikan dalam setiap lembar peta. Unsur legenda peta biasa dibakukan agar memudahkan pembacaan dan interpretasi berbagai peta oleh berbagai pemakai dengan berbagai keperluan.

Pengukuran dan Pemetaan

Indeks Jawa dan Madura Skala 1 : 100 000

  1. Ujungkulon
  2. Cikarang
  3. Anyer
  4. Leuwidamar
  5. Serang
  6. Jampang & Balekambang
  7. Bogor
  8. Jakarta
  9. Kep. Seribu
  10. Sindangbarang & Bandarbaru
  11. Cianjur
  12. Karawang
  13. Garut & Pameungpeuk
  14. Bandung
  15. Pamanukan
  16. Karangnunggal
  17. Tasikmalaya
  18. Arjawinangun
  19. Indramayu
  20. Pangandaran
  21. Mejenang
  22. Cirebon
  23. Banyumas
  24. Purwokerto & Tegal
  25. Kebumen
  26. Pekalongan & Banjarnegara
  27. Yogyakarta
  28. Semarang & Magelang
  29. Karimunjawa
  30. Surakarta & Giritontro
  1. Salatiga
  2. Kudus
  3. Pacitan
  4. Ponorogo
  5. Ngawi
  6. Rambang
  7. Tulungagung
  8. Madiun
  9. Bojonegoro
  10. Jatirogo
  11. Blitar
  12. Kediri
  13. Mojokerto
  14. Tuban
  15. Turen
  16. Malang
  17. Surabaya & Sapulu
  18. Bawean & Masalembo
  19. Lumajang
  20. Probolinggo
  21. Tg. Bumi & Pamekasan
  22. Jember
  23. Besuki
  24. Waru & Sumenep
  25. Blambangan
  26. Banyuwangi
  27. Situbondo
  28. Kangean & Sapudi

Gambar 1.1 : Lembar Peta Geologi Sistematik Pulau Jawa Skala 1 : 100 000.
(Sumber Direktorat Geologi, Bandung, 2000)

Selain skala peta, arah orientasi peta harus tersajikan dalam suatu lembar peta. Bergantung pada kedekatan lokasi kawasan peta terhadap kutub utara atau selatan bumi, maka orientasi peta akan dibuat ke arah mendekati arah kutub. Di Indonesia, arah orientasi peta adalah arah kutub utara atau arah utara peta. Arah utara peta pada peta topografi dibuat sejajar dengan tepi lembar peta, tetapi pada peta tematik tidak selalu demikian - boleh menyerong terhadap tepi lembar peta asal tidak terbalik. Arah utara peta bisa dinyatakan dalam arah utara geografis berdasarkan: (1) sistem proyeksi peta (sistem umum berlaku nasional), atau
(2) arah utara geografis berdasarkan satu titik sistem kerangka dasar tertentu (sistem lokal), atau (3) arah utara magnet berdasarkan satu titik sistem kerangka dasar tertentu (sistem lokal). Dalam sistem proyeksi peta tertentu, arah utara peta menujukkan arah utara geografi yang melalui titik awal (nol) sistem proyeksi peta. Arah utara peta di daerah sekitar ekuator atau belahan utara bumi umumnya merupakan arah utara geografis.

1.4 Jenis Pengukuran

Pengukuran untuk pembuatan peta bisa dikelompokkan berdasarkan cakupan elemen alam, tujuan, cara atau alat dan luas cakupan pengukuran.

  • Berdasarkan alam:

Pengukuran daratan (land surveying): antara lain
pengukuran topografi, untuk pembuatan peta topografi, dan pengukuran kadaster, untuk membuat peta kadaster.

Pengukuran perairan (marine or hydrographic surveying): antara lainpengukuran muka dasar laut, pengukuran pasang surut, pengukuran untuk pembuatan pelabuhan dll-nya.

Pengukuran astronomi (astronomical survey): untuk menentukan posisi di muka bumi dengan melakukan pengukuran-pengukuran terhadap benda langit.

  • Berdasarkan tujuan:

Pengukuran teknik sipil (engineering survey): untuk memperoleh data dan peta pada pekerjaan-pekerjaan teknik sipil.

Pengukuran untuk keperluan militer (miltary survey).

Pengukuran tambang (mining survey).

Pengukuran geologi (geological survey).

Pengukuran arkeologi (archeological survey).

  • Berdasarkan cara dan alat:

a. Pengukuran triangulasi,

b. Pengukuran trilaterasi,

c. Pengukuran polygon,

d. Pengukuran offset,

e. Pengukuran tachymetri,

f. Pengukuran meja lapangan,

g. Aerial survey,

h. Remote Sensing, dan

i. GPS.

a, b, c dan i untuk pengukuran kerangka dasar, d, e, f, g dan h untuk pengukuran detil.

  • Berdasarkan luas cakupan daerah pengukuran:

Pengukuran tanah (plane surveying) atau ilmu ukur tanah dengan cakupan pengukuran
37 km x 37 km. Rupa muka bumi bisa dianggap sebagai bidang datar.

Pengukuran geodesi (geodetic surveying) dengan cakupan yang luas. Rupa muka bumi merupakan permukaan lengkung.

1.5 Layanan Peta On Line

Bila sejak pertengahan 1980-an ditandai dengan semakin banyaknya program aplikasi peta dijital, maka sepuluh tahun kemudian - dengan berkembang majunya teknologi internet, pada pertengahan 1990-an juga mulai dikembangkan peta "on line" pada jejaring internet. Bila pada akhir dekade 1980-an peta dijital bisa digunakan sendiri atau bersama-sama dalam jaringan yang terbatas, maka pada akhir 1990-an upaya pengembangan peta dijital untuk pemakaian bersama dalam jaringan global on-line semakin nyata seiring dengan maju kerkembangnya teknologi internet.

Organisasi penyaji peta di Indonesia pada awal tahun 2000 ini seperti Bakosurtanal, Direktorat Geologi Bandung dan Meneg Pekerjaan Umum, selain layanan peta konvensional juga sudah memproduksi peta-peta dijital yang bisa dipesan lewat homepage masing-masing. Alamat situs organisasi ini dan layanannya adalah:


Tabel 1.1: Organisasi penyedia layanan pengukuran, peta dan pemetaan.

No.

Lembaga

Homepage

Layanan Peta

1.

BAKOSURTANAL

http://www.bakosurtanal.go.id

Peta dasar rupa bumi

2.

Dir. Geologi Bandung

http://www.grdc.dpe.go.id

Peta geologi

3.

Meneg PU

http://www.pu.go.id

Peta tematik ke-PU-an

No comments: